Di sebuah desa kecil bernama Nurani, tinggal seorang guru tua bernama Haji Salim yang sangat dihormati oleh semua warga. Setiap pagi, ia selalu berkumpul dengan anak-anak dan pemuda desa, mengajarkan bukan hanya ilmu agama, tapi juga tentang cahaya yang ada di dalam hati setiap Muslim.
Suatu hari, seorang pemuda bernama Farid bertanya,
"Guru, apa sebenarnya cahaya di hati itu? Mengapa kita harus menjaga cahaya itu?"
Haji Salim tersenyum bijak.
"Setiap Muslim membawa dalam hatinya seribu cahaya. Cahaya-cahaya itu berasal dari iman, amal baik, ilmu, dan rasa kasih sayang. Jika kita rawat dan pelihara, cahaya itu akan menerangi jalan kita dalam kegelapan dunia."
Farid masih penasaran.
"Kalau ada seribu cahaya, mengapa kadang hati kita terasa gelap dan sedih?"
"Itu karena beberapa cahaya itu redup atau tertutup oleh dosa, iri, dan kebencian. Maka tugas kita adalah membersihkan hati dengan taubat, saling memaafkan, dan terus berbuat kebaikan," jawab Haji Salim.
Suatu malam, desa Nurani diterpa badai hebat. Banyak rumah rusak, dan penduduk merasa takut. Farid melihat ke langit gelap dan teringat ajaran guru tentang cahaya di hati.
Ia mulai mengajak teman-temannya untuk saling membantu membangun kembali desa, menolong yang kesusahan, dan berdoa bersama. Perlahan, suasana yang suram berubah menjadi penuh harapan.
Semangat itu seperti 1000 cahaya yang menyala di dalam hati setiap orang, menyinari kegelapan dan menghangatkan jiwa mereka.
Beberapa tahun kemudian, Farid yang sudah menjadi pemuda bijak, mewariskan pelajaran itu kepada generasi baru,
"Ingatlah, cahaya di hati kita tidak akan padam selama kita jaga iman, amal, dan kasih sayang. Setiap Muslim punya 1000 cahaya, cukup untuk menerangi dunia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar