Rabu, 21 Mei 2025

"Yang Selalu Mengingat-Nya"

 

Namanya Ziyad. Bagi orang-orang di sekitarnya, ia hanyalah seorang guru ngaji di desa kecil. Penampilannya sederhana. Bajunya tidak mahal. Langkahnya pelan. Tapi ada satu hal yang membuat semua orang segan — ketenangan yang terpancar dari jiwanya.

Wajahnya tidak pernah marah. Kata-katanya lembut. Dan setiap tindakan kecilnya terasa... dalam.

“Ziyad seperti sedang bersama Allah setiap saat,” kata seorang pemuda.
“Bahkan saat diam pun, dia seolah sedang berdzikir.”


🌌 Kesadaran Ilahi

Sejak usia 17 tahun, Ziyad mengalami kejadian yang mengubah hidupnya. Ia kehilangan ayahnya dalam kecelakaan. Saat semua orang menangis dan menyesali takdir, Ziyad hanya bersujud dan berkata:

“Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un. Ya Allah, Engkau tidak pernah salah.”

Sejak hari itu, ia melatih dirinya untuk selalu hadir bersama Allah — dalam senyum, dalam sedih, dalam kerja, bahkan dalam tidur.

Ia bukan wali, bukan ulama besar. Tapi hatinya hidup.

Ia tidak hanya shalat lima waktu,
tapi ia berusaha hidup dalam shalat — walau di luar waktu shalat.


🕊️ Di Tengah Dunia

Ketika pasar ribut karena harga naik, Ziyad berkata:

“Rezeki bukan datang dari angka, tapi dari keberkahan.”

Saat difitnah oleh orang yang iri, ia hanya tersenyum:

“Yang melihat aku adalah Allah. Itu sudah cukup.”

Saat diminta menjadi pemimpin desa, ia menolak dengan lembut:

“Biarlah aku memimpin diriku sendiri dulu, karena itu yang paling sulit.”


Rahasia Ziyad

Orang-orang bertanya: “Apa rahasia hidupmu, Ziyad?”

Ia menjawab:

“Aku mengingat Allah sebelum aku bergerak, saat aku bergerak, dan setelah aku berhenti.
Saat makan, aku ingat bahwa ini pemberian-Nya.
Saat bicara, aku ingat bahwa setiap kata akan dihisab.
Saat sendiri, aku tahu bahwa aku tidak pernah benar-benar sendiri.”

“Kesadaran kepada Allah itu bukan ilmu. Itu latihan. Dan latihan terbaik adalah mengingat kematian.”


🌿 Akhir Cerita

Ziyad wafat di usia 49, dalam keadaan sedang sujud di masjid kecil. Tak banyak yang tahu, tapi langit desa seperti ikut menangis.

Wajahnya tersenyum. Tangannya tenang. Dan di keningnya ada bekas sujud panjang.

Di liang lahatnya, seorang anak muda berbisik:

“Ziyad mungkin tak terkenal,
tapi aku yakin... dia sedang tersenyum bersama Rabb-nya.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar