Minggu, 25 Mei 2025

PERKELAHIAN DI GANG

 

Di sebuah gang sempit di pinggiran kota, malam itu suasana terasa tegang. Dua kelompok remaja yang selama ini sudah saling bermusuhan akhirnya bertemu muka. Mereka saling pandang, napas memburu, tangan mulai mengepal.

“Kamu pikir bisa seenaknya di wilayah sini?” bentak Joko, pemimpin kelompok pertama, dengan tatapan tajam.

“Wilayah sini milik kami sekarang,” jawab Rian, ketua kelompok lawan, tanpa gentar.

Tiba-tiba, suara benda keras memecah keheningan. Seutas rantai dilempar ke arah Joko, namun dia berhasil mengelak. Dengan cepat, Joko melompat ke depan dan meninju Rian di perut. Suara benturan menggelegar, dan perkelahian pun pecah.

Teriakan dan suara pukulan bergema di sepanjang gang. Beberapa dari mereka saling dorong, ada yang menggunakan kayu dan rantai, sementara yang lain hanya mengandalkan tangan kosong. Keringat bercucuran, wajah-wajah penuh kemarahan dan ketakutan.

Tiba-tiba, seseorang berteriak, “Berhenti! Polisi bisa datang kapan saja!”

Namun, suara itu terlambat. Perkelahian sudah berubah menjadi kekacauan. Hingga akhirnya, salah satu dari mereka terjatuh, darah mengalir dari luka di keningnya.

Mereka saling menatap, napas terengah-engah. Lambat laun, kemarahan mereda, dan masing-masing menyadari perkelahian itu tak membawa keuntungan.

“Sudahlah, kita pulang,” kata Joko dengan suara berat.

Rian mengangguk, wajahnya juga penuh luka. Mereka berpisah dalam sunyi, dengan pelajaran pahit tentang harga sebuah perkelahian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar