Di antara debu dunia dan bisikan nafsu, ada satu jalan yang tak terlihat oleh mata biasa: ranah kultivasi jiwa. Jalan ini sunyi, namun bercahaya. Tak semua mampu melewatinya, karena yang diperlukan bukan kekuatan otot, tapi kekuatan hati.
Di sinilah hidup Salman, seorang pemuda Muslim yang haus akan makna sejati. Ia tidak mengejar dunia, tapi ingin mendekat kepada Allah dengan segala dirinya.
“Aku ingin mengenal Tuhanku,” katanya lirih.
“Bukan hanya melalui bacaan, tapi melalui perjalanan batin.”
⚪ Tingkat Pertama: Tazkiyah (Pembersihan Jiwa)
Salman memulai dari dasar: membersihkan hatinya dari penyakit seperti iri, sombong, dendam, dan cinta dunia berlebih.
Ia bermujahadah setiap malam. Dalam gelap ia menangis, memohon:
"Ya Allah, bersihkan hatiku sebagaimana Engkau bersihkan hati hamba-hamba-Mu yang Kau cintai."
Ia membaca Al-Qur’an seperti surat dari Kekasih yang lama dirindukan, bukan sekadar kewajiban.
🔥 Tingkat Kedua: Mujahadah (Melawan Diri Sendiri)
Godaan datang tak henti-henti. Dunia menawarkan kemewahan, teman-teman mengajak bersenang-senang, ego menjerit minta dibela.
Tapi Salman tahu, musuh sejati bukan di luar — tapi di dalam.
“Musuhku bukan mereka,” katanya,
“Musuhku adalah aku yang lama, yang malas, yang ingin menyerah, yang mencintai dunia secara berlebihan.”
Ia terus berzikir di tengah badai dunia. Ia belajar diam saat marah, dan memberi saat dirinya ingin menahan.
💎 Tingkat Ketiga: Ma’rifah (Mengenal Allah)
Suatu malam di sepertiga akhir, Salman merasakan keheningan yang berbeda. Seperti ada cahaya yang menembus ke dalam jiwanya. Bukan cahaya matahari, tapi cahaya pemahaman.
"Engkau dekat, ya Allah. Aku tahu itu sekarang. Kau ada dalam tiap helaan napasku, dalam diamku, dalam derita dan syukurku."
Dia tidak berubah menjadi makhluk gaib, tidak terbang di langit, tapi hatinya kini bebas. Ia tidak lagi takut akan penilaian manusia, karena hatinya penuh dengan cinta kepada Allah.
✨ Puncak Kultivasi: Ikhlas dan Cinta
Salman tidak menganggap dirinya suci. Ia tetap shalat, tetap menangis, tetap meminta ampun. Tapi kini, semuanya dilakukan bukan karena takut dosa semata, tapi karena cinta.
“Aku beribadah bukan untuk surga, bukan karena takut neraka… tapi karena aku mencintai-Mu, ya Rabb.”
🌌 Penutup: Jalan Ini Terbuka Untuk Semua
Ranah kultivasi seorang Muslim bukan untuk segelintir wali, tapi untuk siapa pun yang ingin mendekat dengan sungguh-sungguh.
“Setiap shalat yang khusyuk adalah langkah ke sana.”
“Setiap maaf yang diberikan, setiap sabar yang ditahan, adalah bagian dari ranah itu.”
Dan jalan ini… tidak punya akhir.
Karena cinta kepada Allah adalah perjalanan yang tak pernah selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar