Rabu, 21 Mei 2025

Kerajaan Cahaya Timur

 

Di tanah yang jauh di balik gurun dan pegunungan, berdiri sebuah kerajaan megah bernama Nurul Arsy, artinya “Cahaya Singgasana”. Kerajaan ini dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai negeri Muslim yang paling kaya, bijaksana, dan damai.

Raja yang memimpin negeri itu bernama Sultan Al-Fatih Syah, seorang pemimpin yang tidak hanya gagah dalam perang, tapi juga lembut hatinya, alim dalam agama, dan adil dalam memutuskan perkara.

Istana Nurul Arsy berdiri megah dengan kubah emas dan taman-taman yang mengalirkan sungai jernih. Di pasar-pasarnya, pedagang dari negeri jauh—dari Cina, India, hingga Andalusia—bertransaksi tanpa rasa takut. Zakat dikelola dengan baik, dan setiap bulan, para fakir miskin selalu mendapatkan hak mereka. Tidak ada yang kelaparan, tidak ada yang tertindas.

Namun, keistimewaan terbesar bukanlah emas yang bertumpuk di gudang perbendaharaan, melainkan ilmu dan akhlak. Di pusat kota berdiri sebuah madrasah agung bernama Darul Hikmah, tempat di mana para ulama, ilmuwan, dan santri dari berbagai negeri belajar tentang tafsir, hadis, matematika, kedokteran, hingga astronomi.

Sultan Al-Fatih selalu berkata,
"Kekayaan yang paling utama bukan di tangan, tapi di hati dan pikiran. Maka kita harus memberi, bukan hanya menjaga."


Suatu hari, datang utusan dari negeri tetangga yang penuh konflik dan peperangan. Mereka memohon bantuan—bukan berupa pasukan, tapi petunjuk.

“Negeri kami hancur bukan karena senjata, tapi karena lupa cara hidup dengan adil,” kata sang utusan. “Ajarkan kami seperti engkau memimpin rakyatmu.”

Sultan Al-Fatih tidak mengirim pasukan. Ia mengirim ulama, guru, dan petani. Ia mengirim arsitek untuk membangun masjid, dan ahli tata kota untuk membentuk sistem zakat. Ia tidak menaklukkan dengan pedang, tapi dengan cahaya peradaban.

Sepuluh tahun kemudian, negeri itu berubah menjadi sahabat yang kuat, penuh syiar Islam yang rahmatan lil ‘alamin.


Di akhir hayatnya, Sultan Al-Fatih berkata kepada putranya,
"Jagalah umat, bukan hanya wilayah. Kekayaan bisa habis, tapi kebaikan yang kita tanam—akan menjadi warisan yang tak bisa dicuri."

Dan benar, meskipun kini kerajaan itu telah menjadi kisah dalam buku-buku sejarah, nama Nurul Arsy tetap disebut dalam doa dan cerita. Karena ia bukan hanya kerajaan emas—melainkan kerajaan iman, ilmu, dan kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar