Dua muslimah muda, Alya dan Kirana, bertemu di sebuah majelis ilmu yang rutin diadakan setiap akhir pekan. Keduanya datang dengan semangat yang membara, bukan hanya untuk belajar, tapi untuk menemukan jalan mendekat kepada Allah.
Mereka cepat menjadi sahabat. Tapi diam-diam, juga menjadi pesaing terindah satu sama lain.
π Ranah Persaingan Mereka
-
Siapa yang lebih dulu bangun tahajud.
-
Siapa yang paling sabar menghadapi orang tua.
-
Siapa yang paling bisa menahan lisannya dari ghibah.
-
Siapa yang diam-diam memberi sedekah tanpa seorang pun tahu.
Setiap kali Kirana melihat Alya menahan diri dari membalas komentar pedas seseorang, ia berkata dalam hati:
“Aku harus bisa sekuat itu. Kalau dia bisa sabar, kenapa aku tidak?”
Alya, setiap kali tahu Kirana berpuasa Senin dan Kamis meski sedang sibuk kuliah, menatapnya dengan kagum:
“Ya Allah, kuatkan aku untuk bisa menyusulnya dalam kebaikan.”
π« Ujian: Cinta dan Pilihan
Suatu ketika, seorang laki-laki shalih datang untuk taaruf — kepada Kirana.
Alya tahu, dan ia tidak iri. Tapi ia diuji:
Apakah ia benar-benar sudah bersih dari cinta dunia?
Ataukah masih ingin dipilih dan dilihat?
Kirana, yang tahu diam-diam bahwa Alya pernah menyukai pria itu karena akhlaknya, juga diuji.
Tapi keduanya memilih untuk menunduk, dan menyerahkannya kepada Allah.
“Jika dia baik untukmu, semoga Allah menyatukan. Jika tidak, semoga kita tetap satu di jalan-Nya.”
π Akhir Cerita
Waktu berlalu. Mereka tidak tahu siapa di antara mereka yang lebih tinggi di sisi Allah. Tapi itu bukan lagi tujuannya.
Mereka tetap hadir di majelis. Tetap saling menyemangati. Tetap menjaga hati agar tidak membandingkan, tapi menumbuhkan.
Karena bagi mereka, "musuhnya adalah diri sendiri."
π Pesan Moral:
Persaingan dalam kultivasi jiwa bukan soal siapa paling hebat di hadapan manusia,
tetapi siapa yang paling tulus di hadapan Allah.
Karena pada akhirnya, hanya Allah yang tahu siapa di antara kita yang benar-benar mencintai-Nya.
Kalau kamu suka gaya ini, aku bisa buat seri cerita “Lomba Ruhani” antara berbagai tokoh: pelajar, pekerja, istri, suami, anak, dan lain-lain — semuanya dalam semangat kultivasi jiwa. Mau aku buatkan lanjutannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar