Rabu, 21 Mei 2025

"Bayangan di Tengah Malam"

 

Di kota yang dikuasai oleh ketakutan dan kekuasaan zalim, muncullah seorang pria bertopeng. Tidak ada yang tahu namanya, tapi mereka menyebutnya: “Al-Layl”Sang Malam.

Namun, nama aslinya adalah Harith Al-Mujahid, seorang Muslim yang memilih jalan sunyi: bertarung di kegelapan demi membela yang lemah.

Dulu, Harith adalah seorang pelajar pesantren dan atlet bela diri. Ia hafal Qur’an dan mahir dalam silat, gulat, serta strategi tempur. Tapi setelah melihat rakyatnya ditindas oleh rezim yang korup dan bengis, ia tahu:

“Ilmu tak cukup bila kebenaran tak diperjuangkan.”


Malam Hari, Kota Tua

Di sebuah lorong sempit, sekelompok anak yatim ditangkap oleh milisi bayaran. Mereka dianggap pengganggu karena menolak tunduk kepada penguasa.

Tiba-tiba lampu mati.

Dari balik kabut muncul sosok berjubah hitam, wajahnya tertutup kain, matanya tajam. Dalam hitungan detik, para penjaga dilumpuhkan. Pukulan dan tendangan berpadu dengan zikir di hati.

“Bismillah… Allahu Akbar!”

Satu per satu musuh roboh, tapi Harith tidak membunuh. Ia melumpuhkan. Karena ia bukan pembalas dendam. Ia hanya ingin keadilan.


Pertempuran Besar

Musuh mulai curiga. Siapa sebenarnya Al-Layl?

Akhirnya, Harith diburu. Namun sebelum disergap, ia sempat meninggalkan pesan pada tembok kota dengan kaligrafi Arab:

"Inna ma’al usri yusra — Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (Q.S. Al-Insyirah 6)

Malam itu, Harith bertarung habis-habisan. Meski tubuhnya terluka, ia terus bangkit, karena keyakinannya bukan pada kekuatan otot, tapi pada janji Allah.

Ia berkata lirih di sela pertempuran:

“Aku bukan pahlawan. Aku hanya hamba yang tak ingin melihat kezaliman menang.”


Akhir Cerita? Atau Awal?

Harith menghilang setelah pertempuran besar itu. Tak ada yang tahu ke mana ia pergi.

Namun setiap kali kezaliman muncul, selalu saja ada kabar bahwa "Sang Malam telah kembali."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar