"Dua Sujud, Satu Langit"
Paris, Prancis – Jam 5:12 pagi
Adam menatap layar ponselnya. Waktu Subuh. Ia bergegas mengambil wudhu di kamar mandi kecil apartemennya. Suara air membasahi wajahnya yang dingin. Di luar, langit masih gelap, dan hiruk-pikuk kota belum mulai.
Adam adalah mahasiswa teknik keturunan Maroko, lahir dan besar di Prancis. Sejak kecil, ia terbiasa menjadi "Muslim yang berbeda"—memakai nama Arab tapi bicara dalam bahasa Prancis, mencintai Islam tapi harus menjelaskannya terus-menerus pada dunia yang curiga.
Ia bentangkan sajadah, menghadap kiblat yang ia cari dengan aplikasi. Tak ada azan, tak ada panggilan. Tapi ia tetap berdiri, takbir, dan bersujud dalam sunyi.
Yogyakarta, Indonesia – Jam 10:12 pagi
Sementara itu, di balik bukit hijau di Yogyakarta, seorang santri bernama Fikri sedang duduk bersila di aula pesantren. Kitab kuning terbuka di depannya. Ia baru selesai shalat Dhuha, ditemani gemuruh azan dari masjid sebelah yang bersahutan sejak Subuh tadi.
Fikri lahir dalam keluarga Muslim. Islam mengalir dalam setiap kebiasaan: dari makan tangan kanan hingga ucapan salam kepada siapa pun. Tapi ia sering merasa—semua ini terlalu mudah. Semua orang Muslim. Tapi berapa yang benar-benar paham?
Di hatinya, Fikri mulai bertanya: apakah ia berislam karena cinta, atau karena semua orang melakukannya?
Dua dunia, satu pencarian
Adam hidup sebagai Muslim minoritas, harus terus menjelaskan siapa dirinya. Tapi dari tekanan itu, ia menemukan kedalaman: Islam baginya adalah pilihan sadar. Setiap sujudnya adalah perlawanan terhadap dunia yang menuntutnya menyerah.
Fikri, sebaliknya, hidup dalam lautan Islam. Tapi justru di tengah samudra itu, ia mencari pulau tempat hatinya bisa berlabuh dengan kesadaran. Ia ingin lebih dari sekadar tradisi—ia ingin iman yang hidup.
Beberapa bulan kemudian, di Makkah
Di depan Ka'bah, Adam dan Fikri bertemu. Tak sengaja. Dua orang asing, dua dunia. Tapi ketika mereka berdiri bersama dalam satu saf, mengucapkan "Allahu Akbar", tak ada lagi Eropa atau Timur.
Yang ada hanya manusia—mencari Tuhan, mencintai-Nya, dan berharap diterima dalam pelukan langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar